Bahasa Indonesia
Tak Terduga
Tiit
Tiiit Tiiit… Alaram membangunkan ku. Aku bangun dan sadar dari tidurku. 9 juli
2018 tanpa kusadari aku sudah di tanggal yang sama pada saat aku lahir. Hanya
sedikit uang yang kumiliki , tetap saja aku ingin merayakan ulang tahunku.
Aku menatap
etalase toko kue dengan tatapan kosong. Berbagai kue dengan macam-macam rasa
dan warna, juga hiasan yang menghiasi kue itu menjadi lebih indah. Ada kue
coklat spesial, kue bertingkat tinggi, atau kue tart dengan buah-buahan mahal.
Semua hanya mampu kunikmati dengan mataku.
Setelah
berpuluh-puluh menit satu kue polos dan
1 lilin yang kubeli. penjaga toko kue mungkin bilang dalam hati kalau anak ini
aneh dan buang-buang waktu. Tatapannya padaku seakan mengatakannya. Sebenarnya
aku tidak tau tujuanku membeli kue polosan ini. Tapi aku tak peduli dan aku
juga hampir tak pernah peduli atas tanggapan orang lain padaku. Aku juga sudah
lama tidak makan kue. Plus hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke sebelas.
Hari
ulang tahun, dimana anak-anak merayakannya dengan suka cita bersama orang-orang
tersayang dan balon-balon penuh warna menghiasi rumahnya. Andai aku
begitu.Meski terdengar mustahil bagiku.
Terkadang
aku lelah, down, putus asa,dan sering mengeluh. Mengapa hidupku sangat berbeda
Tuhan. Seseorang pernah bilang bahwa hidup bagai roda yang berputar, kadang
diatas dan dibawah, kesusahan akan diikuti kesenangan dan semua pasti saling
mengikuti satu sama lain.Tapi bagaimana dengan ku, aku tidak pernah ada di
posisi atas, Selalu ada di posisi bawah.Tapi entah mengapa hatiku masih
memiliki semangat walau itu hanya 0,001 persen.
“Happy
birthday to me. Semoga, kebahagiaan akan menyertai jalanku,” ucapku pelan lalu
meniup lilin
Aku
menendang kerikil-kerikil di jalan, menyusuri jalan raya. Petang ini jalan ramai
oleh kendaraan kendaraan orang pulang kantor. Pandanganku tertuju ke seorang anak
perempuan dengan pakaian yang lusuh dan compang camping. Ku mencoba mendekati
anak perempuan itu. Ku duduk di sampingnya.
“Mau makan kue bersama?”
Anak itu terdiam menatapku.
“hari ini ulang tahunku ,” Lanjutku.
Anak itu menerima dengan malu malu. Kami pun makan kue bersama di petang itu.
“Namamu siapa?”
“Fitri,”
“Cantik,” Pujiku Tuk menghiburnya,
akhirnya dia tersenyum kecil. Manis wajahnya menghiasi hatiku yang murung.
Apa
ini, perasaan yang muncul , tak pernah kurasakan sebelumnya. Mungkin karena aku
tak pernah peduli pada apa dan siapapun sehingga aku merasakan sesuatu yang
baru.
“Aku tidak pernah makan kue seumur
hidup,” Fitri akhirnya bersuara.
“kenapa?” Jawabku.
“Bapak tidak punya uang dan Aku
tidak pernah ulang tahun. Bapak juga tak memberi tahu tanggal lahirku,”
Jawabnya. Fitri terlihat bersemangat melahap kue polos yang kubeli.
Aku
terkejut bingung. Lalu bertanya mengapa. Fitri terdiam. Menggeleng tidak tahu.
“Kamu habis dipukuli ya?” tanyaku
refleks saat melihat sekujur tubuhnya penuh dengan luka dan lecet Aku baru
menyadari bahwa pertanyaanku sangat tidak mengenakan hati untuk kami yang baru
saling bertemu.Fitri mengangguk pelan lalu tertawa kecil yang menyedihkan.
“Aku habis diusir sama bapak karena
tidak dapat uang hasil mengemis. Aku tahu itu perbuatan yang sangat buruk. Tapi
jika tidak, bapak akan memukulku dengan rotan dan mengusirku membiarkanku tidur
sembarang tempat di jalanan. Tapi jangan khawatir, aku akan diterima kembali
esok sore. Hahaha,”
Suasana
hening Ketika Fitri selesai bercerita. Wajahnya yang tertawa tanpa kerutan mata
menunjukkan dia tak ingin membuatku terganggu dan memasang tawa palsu.
“Ah begitu ya, maaf kalau membuatmu
jadi tidak nyaman. Kalau begitu, ini kuenya untukmu saja sisanya, dan maaf
hanya bisa memberi ini,” Aku menyodorkan sebuah air mineral dan roti manis dari
minimarket yang kubeli sepulang membeli kue. Fitri menerimanya dengan senang
hati.
“Terima kasih banyak kak, kapan-kapan
ketemu lagi ya!”
Aku
mengangguk senang dan berpisah dengan Fitri.Entah kapan aku bisa bertemu
dengannya lagi. Wajahnya yang manis dan cantik memelukku sebelum aku pulang.
Aku melambaikan tangan dan ia membalasnya dengan riang.
Fitri,
Anak perempuan kuat dan selalu tersenyum. Entah ia berapa usianya tapi ia sudah
bisa menghadapi hidup yang berat. Kita tidak pernah tau apakah yang terjadi
dibalik semua cerita yang ia sampaikan, apakah baik-baik saja atau malah lebih
buruk? Tapi satu hal yang ku tau ia bisa menjalaninya dan menjadi gadis yang
tangguh.
Setelah
itu, aku sadar aku tidak bahagia karna hanya melihat hal yang tak kumiliki.
Jika aku melihat hal yang kumiliki di banding orang lain pasti aku akan lebih
bersyukur. Aku diberikan banyak anugrah , Orang tuaku tak pernah memperlakukan
ku seperti itu, Meski sedikit mereka masih memberi uang saku dan tidak pernah
memintaku berkerja untuk mereka. Doa ku dijawab oleh tuhan dengan cara yang Tak
terduga dengan memberi kebahagian dengan kesadaran, Trimakasih Tuhan
telah mengabulkan permintaan hambamu ini.
Komentar
Posting Komentar